Kisah Hikmah Nabi Yunus
Foto Ilustrasi |
Islampers.com
Ketundukan dan mengakui ketidak berdayaan menyebabkan pertolongan Alloh turun
(Mengambil hikmah dari kisah Nabi Yunus AS)
Betapa berat dakwah yang harus diemban oleh Nabi Yunus di Ninawa, siang malam, pagi petang diajaknya kaumnya agar meninggalkan berhala2 dan menyembah kepada Alloh, tetapi hanya cemoohan, umpatan dan makian, penolakan hingga pengusiran yg ia terima.
Maka Nabi Yunus pun akhirnya pergi meninggalkan kaum dan negrinya dengan penuh amarah sembari mengancamkan adzab Alloh sebagaimana terjadi pada kaum2 sebelumnya.
Nabi Nuh pergi karena ketidaksabarannya dalam berdakwah, dia pergi sebelum ada perintah dari Alloh Swt untuk menghentikan dakwahnya. Dia menyerah sebelum tiba waktunya. Maka sebagai hamba yang disayangiNya, Alloh lalu mendidiknya agar sabar dalam berdakwah dengan cara memberikan ujian kepadanya.
Ringkasnya, Nabi Yunus pun menumpang sebuah kapal dan akhirnya dibuang ke samudra untuk menyelamatkan kapal agar tidak tenggelam setelah tiga kali namanya muncul dalam undian siapa yang harus dibuang karena kapal kelebihan beban dan sedang dihantam badai yang mengerikan. Ketetapan Alloh pun berlaku baginya, seekor ikan membuka mulut menyambut tubuhnya yang terjun ke air. Bahkan menurut sebuah riwayat, ikan yang menelannya ditelan lagi oleh ikan yang lebih besar. Maka jadilah Nabi Yunus berada dalam gelap, gelap dalam gelap, gelap dan kelam yang berlapis-lapis.
Diantara hikmah yang selalu melekat pada setiap musibah adalah pertanyaan, " apa salah saya sehingga menerima cobaan seperti ini?"
Selanjutnya kepekaan hatilah yg akan menentukan langkah dan tindakan yang akan diambil. Maka berbahagialah orang2 yang segera merundukan diri dihadapan keagungan Alloh serta berlirih-lirih mengadukan kelemahan, kesilapan dan kehinaan.
Maka demikian pula yang dilakukan Nabi Yunus AS, didalam perut Ikan Nun, ia menangisi kelemahannya,kesilapannya, dan mengaku telah berbuat dzalim.
Maka Nabi Yunus pun berdoa sebagaimana diabadikan dalam QS.Al Anbiya 87 yg berbunyi :
لا اله الا انت سبØانك اني كنت من الظالمين
" Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau, Maha suci engkau, sungguh aku termasuk orang2 yang berbuat aniaya/dzalim".
Doa Nabi Yunus sangat sederhana, tapi indah dan mesra, akrab dan hormat. Nabi Yunus dalam berdoa tidak meminta supaya dikeluarkan dari dalam perut ikan, apalagi dengan mendesak, merajuk, memanja dan mengiba-iba memelas. Doa yang ia panjatkan mengandung 2 hal saja, merunduk mengakui keagungan Alloh dan berlirih-lirih mengadukan kelemahan diri.
"Berdoalah menyeru Tuhanmu dg tadharru' (merendahkan diri) dan khufyah ( memelankan suara), sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang2 yg melampaui batas". ( QS.Al-A'raf : 55).
Maka doa Nabi Yunus yg hanya mengakui ketidak berdayaan dan laku aniaya pada diri sendiri lalu dibalas oleh Alloh yang maha mendengar dengan pertolongan dan pembelaan untuknya.
Nabi Yunus bukan hanya dikeluarkan dari perut ikan, tapi bahkan tak perlu bersusah payah berenang ketepian karena diantar oleh sang Ikan.
Nabi Yunus pun bugar kembali, bersemangat dan berjanji kepada Alloh untuk teguh dan istiqomah dan tak mudah menyerah dalam berdakwah kepada kaumnya. Tetapi alangkah takjub dan syukurnya dia, sebab ketika kembali ke Ninawa, seluruh kaumnya justru telah beriman kepada Alloh Swt, bahkan jumlah mereka yang beriman lebih dari 100.000 orang.
Betapa berkah doa Nabi Yunus, bukan hanya menjadi karunia keselamatan dirinya, tapi bahkan menjadi anugrah dan hidayah bagi kaumnya. Dakwah Nabi Yunus berjaya ketika dia mengakui dirinya telah berbuat aniaya dan hatinya tunduk memuliakan Alloh, dakwah Nabi Yunus berjaya ketika ia merasa tak berdaya.
Maka berjayalah seorang hamba yg merasa tak berdaya tanpaNya. Maha suci dzat yg menjadikan berhina padaNya sebagai kemuliaan, berfaqir padaNya sebagai kekayaan, tunduk padaNya sebagai keluhuran, dan bersandar padaNya sebagai kecukupan.
Qomari Arisandi/Islampers.com
Advertisement
Baca juga:
Komentar