Kesaksian : Ardiyansah Membongkar Kebusukan PKS di Dunia Pendidikan

Robi'atul Adawiyah Guru yang dipecat di Bekasi lantaran menolak memilih Paslon yang diusung PKS
Islampers.com - Bekasi

Oleh : Ardiyansyah
Seorang guru SDIT yang dipecat karena menolak mendukung paslon asyik telah menjadi viral di media sosial. Pasalnya, hal ini telah melanggar kode etik demokrasi, dimana seseorang berhak menentukan calon pilihannya. Diketahui bahwa SDIT Maza memerintahkan semua guru untuk mencoblos paslon asyik yang ini bertentangan dengan hati nurani ibu Rabiah Adawiyah yang lebih memilih rindu. Kesaksian ini ialah bukti bahwa PKS akan menjadi arogan ketika berkuasa. Saya pun akan memberikan kesaksian bagaimana busuknya politik PKS sampai ke dunia pendidikan. Kesaksian ini saya alami sendiri semasa saya sekolah.

Pada tahun 2009 saya memasuki salah satu sekolah negeri di Bekasi. Saya adalah santri kalong, di mana saya sekolah di luar lingkungan pondok tetapi saya ngaji di pondok pesantren NU. Di pesantren, saya diajarkan amaliah NU seperti maulidan, yasinan, tahlilan, dan amaliyah lainnya. Saat saya beranjak kelas satu SMA, perayaan maulid Nabi masih ada, mengundang ceramah seorang Habib ke sekolah. Ketika wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berganti ibu-ibu, dirinya mulai merubah semuanya. Saya mulai dari sekolah sudah kritis terhadap orang yang memaksakan pemikirannya. Saya naik ke kelas dua SMA kebetulan saya pun aktif di ekskul rohani Islam. Ketika rohis rapat bersama dengan osis, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan beserta guru pendidikan agama Islam menyampaikan bahwa maulid nabi tidak perlu dirayakan karena ini adalah bidah. Bayangkan, mereka secara terang-terangan dalam rapat di depan anggota rohis dan osis berkata seperti itu.

Keputusan ini saya bantah dengan argumentasi yang jelas. Saya membawakan dalil-dalil al-Quran yang saya pelajari di pesantren. Ibu-ibu itu menolak argumentasi saya begitu saja. Mereka tetap ingin maulid dihilangkan dari sekolah. Setelah saya menolak dengan keras, mereka mencoba memanggil saya untuk mengajak diskusi. Tetapi ujung-ujungnya mereka kalah padahal hanya bermain logika bukan dalil. Ketika saya telusuri, guru yang berpaham Wahabi disana telah membentuk suatu jaringan, dimana bukan hanya satu ataupun dua tetapi sudah ada lima guru yang terindikasi Wahabi dan mereka semua berafliasi ke PKS.

Hal yang membuat saya sakit adalah, ketika mereka melarang maulid nabi di sekolah, tetapi mengizinkan pentas seni yang mengundang penyanyi dengan pakaian erotis. Hal ini membuat saya keras di sekolah. Saya menulis tentang kebolehan maulid nabi lalu saya tempel di kantin sekolah agar murid yang lain membaca. Saya sampaikan bahwa saya menolak dengan keras pelarangan maulid nabi di sekolah hanya karena dianggap bidah oleh mereka. Saking kerasnya, saya sudah berapa kali di tegor bahkan saya adalah murid yang paling banyak diomongin karena mereka menganggap saya durhaka kepada guru.

Hal yang paling membuat saya jengkel ialah, disana ada guru yang secara kultur NU, tetapi justru dia tidak bisa membendung pemahaman Wahabi di sekolah. Ketika itu saya banyak di fitnah di bicarakan di ruang guru. Banyak guru yang terhasut atas fitnahan tersebut. Tetapi ada juga guru yang tidak terhasut. Fitnah mereka makin menjadi-jadi ketika saya masuk jurusan Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka menyebarkan bahwa pemikiran saya sesat, bahkan saya pernah di tuduh kafir dan bukan Islam. Sampai akhirnya, saya sekolah di salah satu SMA negeri ketika menjadi alumni, saya dilarang mengajar di sekolah tempat saya menimba ilmu. Saya dianggap telah menyimpang, padahal saya tahu, jika saya mengajar di sekolah tersebut, saya akan obrak abrik dinasti yang telah mereka buat. Itulah yang mereka takutkan, karena dalam prinsip, tidak ada negosiasi. Saya akan memperjuangkan NU sampai mati.
Tetapi akhirnya saya menjadi guru juga yang tidak jauh dari sekolah saya dahulu. Inilah salah satu kebusukan PKS dalam dunia pendidikan. Bayangkan, sekolah negeri bukan yayasan ataupun swasta mereka susupi dengan pemahaman Wahabi. Maka tak heran, arogansi PKS terhadap ibu Rabiah terjadi, karena saya pun pernah mengalaminya. Tetapi prinsip saya, meski bagaimanapun, saya tetap cium tangan dan hormat kepada guru yang dahulu membenci saya dan memfitnah saya. Itulah yang diajarkan para Kiai NU. Saya berharap, dengan terpilihnya Ridwan Kamil, mampu menumbuhsuburkan sekolah sekolah negeri khususnya pemahaman Islam Nusantara dan menyingkirkan pemahaman Wahabi khususnya dari kader PKS. [Islampers.com]
Screnshot Status Ardiyansyah

Advertisement

Tidak ada komentar

Silahakan berkomentar sesuai artikel