Empat Poin Penting Hasil Kesepakatan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
Pertemuan antara Pengurus Ormas Terbesar di Indonesia NU dan Muhammadiyah, Jakarta 31 Oktober 2018 |
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siraj bertandang ke Pusat Dakwah Pengurus Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan kunjungan ini merupakan balasan atas kedatangan rombongan PP Muhammadiyah pada 23 Maret lalu.
"Untuk meningkatkan silaturahmi antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama," kata Robikin di kantor Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Rabu malam, 31 Oktober 2018.
Robikin membeberkan KH Said Aqil datang didampingi Wakil Ketua Umum PBNU Maksum Mahfoed, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zainy, Ketua PBNU Eman Suryaman. Turut pula Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Ishfah Abidal Azie, Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat Pagar Nusa Nabil Haroen.
Dalam pertemuan tersebut kedua Pimpinan Ormas terbesar di Indonesia melahirkan empat poin kesepakatan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berikut Poinnya :
Bismillahir Rohmanir Rohim
Menyadari pentingnya kedaulatan dan kemajuan bangsa dan negara, Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan :
1- Berkomitmen kuat menegakkan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas Pancasila sebagai bentuk dan sistem kenegaraan yang Islami. Bersamaan dengan itu menguatkan dan memperluas kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam meneguhkan integrasi nasional dalam suasana yang damai, persaudaraan, dan saling berbagi untuk persatuan dan kemajuan bangsa.
2- Mendukung sistem demokrasi dan proses demokratisasi sebagai mekanisme politik kenegaraan dan seleksi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan dengan profesional, konstitusional, adil, jujur dan berkeadaban. Semua pihak agar mendukung proses demokrasi yang substantif serta bebas dari politik yang koruptif, dan transaksional demi tegaknya kehidupan politik yang dijiwai nilai-nilai Agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur Indonesia.
3- Meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang konstruktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun masyarakat yang ma'mur baik maupun spiritual, serta peran politik kebangsaan melalui program pendidikan, ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang strategis lainnya komunikasi, komunikasi dan bekerjasama tersebut sebagai perwujudan ukhuwah keumatan dan kebangsaan yang produktif untuk kemajuan Indonesia.
4- Pada tahun politik ini semua pihak agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi, san kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik. Kontestasi politik diharapkan berlangsung damai, cerdas, dewasa, serta menjunjung tinggi keadaban serta kepentingan bangsa dan negara. Hindari sikap saling bermusuhan dan saling menjatuhkan yang dapat merugikan kehidupan bersama. Kami percaya rakyat dan para elite indonesia makin cerdas, santun, dan dewasa dalam berpolitik.
Jakarta, 22 Safar 1440 H
31 Oktober 2018.
Advertisement
Baca juga:
Komentar