Kapolres Lamongan : HTI Picu Kerusuhan di Mana-mana Juga di Negara Lain

Foto Istimewa
Islampers.com - Lamongan
Meski sudah resmi dibubarkan, nama Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI) masih menjadi perhatian banyak pihak.

Tak terkecuali, Polres Lamongan, Jawa Timur juga konsen untuk berbicara tentang bahaya HTI.

Langkah riil Polres Lamongan itu diwujudkan dengan menggelar seminar dan sosialisasi bahaya HTI terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Jum'at (2/11) siang di Gedung Olahraga Unisla.

Seminar siang tadi, diselenggarakan bersama Universitas Islam Lamongan (Unisla) Lamongan.

Kapolres Lamongan AKBP Feby DP Hutagalung menguraikan, HTI telah memicu kerusuhan di mana- mana, bahkan tidak hanya di Indonesia, tetapi di beberapa negara lain.

Mereka dengan tega membunuh saudara sesama Muslim dengan alasan yang mereka benarkan.

"Kita semua mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengikis habis bahaya HTI," katanya.

Makanya, harus memberikan pemahaman pada masyarakat terkait hal tersebut agar faham HTItidak semakin meluas.

Feby menambahkan, tujuan utama kegiatan seminar adalah sebagai upaya untuk menangkal dan menghapus paham HTI di Lamongan.

"Sudah jelas HTI ingin mengubah dasar dan sistem negara di Indonesia," katanya.

Sampai saat ini, Lamongan masih kondusif dan tidak begitu signifikan perkembangannya, meskipun masih ada informasi beberapa masyarakat yang terlibat.

Acara itu juga dihadiri mantan aktivis HTI, yakni Dr Ainur Rofiq Al Amin.

Di forum seminar itu, Ainur Rofiq Al Amin mengajak masyarakat untuk cerdas menerima informasi melalui media sosial, karena saat ini di media sosial banyak orang yang berlagak pintar, namun komentarnya tidak rasional.

Jangan bermedsos terlalu gila, diskusi tidak rasional, seakan akan paling mengetahuinnya.

Namun ketika di tantang ketemu langsung tidak ada yang berani.

Rofiq menegaskan, tidak pernah sepakat bendera bertuliskan kalimat tauhid di politisasi dengan mengatasnamakan agama.

Kemudian di gunakan untuk kekerasan, apalagi dijadikan dalil pembenaran membunuh sesama muslim, seperti yang telah terjadi di beberapa negara timur tengah.

"Saya keluar dari HTI, setelah saya lebih banyak membaca buku, berdiskusi dan membaca sejarah," katanya.

Gerakan ini ternyata banyak bertentangan dengan nilai Islam dan ideologi Indonesia.

Sumber : Surya.co.id
Advertisement

Tidak ada komentar

Silahakan berkomentar sesuai artikel