Menhan Minta Waspada Wahhabisme Sudah Masuk ke SMA dan Mahasiswa
Menteri Pertahanan |
Islampers.com - Palembang
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meminta masyarakat Indonesia agar berhati-hati terhadap perkembangan paham ekstrim radikal wahabisme.
Pasalnya, paham ini sudah mulai masuk atau menginfiltrasi pada siswa SMA dan mahasiswa di tanah air.
“Kita perlu mewaspadai bahaya infiltrasi kaderisasi paham ekstrim radikal wahabisme di SMA Negeri dan Universitas Negeri. Paham ini berkedok pembinaan agama dan moral,” kata Ryamizard saat memberikan pembekalan Bela Negara kepada para Ulama dan Habaib di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (21/1).
Sebagaimana diketahui Wahabisme atau Salafi adalah sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam yang ultrakonservatif. Paham ini menginginkan kembali pada ajaran monoteisme murni, kembali ke ajaran Islam sesungguhnya, yang hanya berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, bersih dari segala "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik yang dianggap bid'ah, syirik dan khurafat.
Paham ini mengutuk penyembahan berhala, pengkultusan orang-orang suci, pemujaan kuburan orang yang saleh, dan melarang menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah. Ryamizard menjelaskan saat ini, banyak bermunculan pemahaman-pemahaman sesat yang tanpa sungkan menyebut pahlawan nasional sebagai kafir.
Kemudian anak-anak diajarkan tidak mau menghormat pada bendera merah putih dan tidak mau menghafal Pancasila. Anak-anak pun dilarang bergaul dengan temannya nonmuslim karena menganggap mereka kafir. Dia melihat semua pemahaman tersebut berawal dari upaya infiltrasi terselubung kaum Wahabi ke sekolah-sekolah dan universitas.
Mereka menggunakan strategi Halaqah. Gerakan Tarbiyah memang dikenal menggunakan strategi Halaqah untuk menjamin kaderisasi gerakan. Halaqah menjadi wadah taurits yaitu pewarisan nilai, sikap maupun transfer informasi dan komando. Melalui Halaqah, gerakan Tarbiyah akan melakukan perjuangan bertingkat mulai dari kelompok keluarga.
“Sepak terjang mereka sangat sektarian dan mempertajam segregasi berdasarkan agama. Paham keagamaan sangat monolitik. Pemilihan berdasarkan simbol dan identitas keagamaan diperkuat. Cara pandangnya sangat ekslusif yaitu Muslim dan kafir, serta mudah mengkafirkan,” jelas Ryamizard.
Dia menegaskan strategi Wahabisme di kampus dan sekolah menjadi wadah bersemainya gerakan radikal yang mudah dimobilisasi dengan sistem komando. Wahabisme memanfaatkan ruang kebebasan untuk pelan-pelan membunuh semangat kebangsaaan dan penghormatan pada keberagaman.
“Dengan memanfaatkan fasilitas negara, Wahabisme menyemaikan paham yang mudah mengkafirkan orang lain dan menolak bendera merah putih,” tutup Ryamizard.
Sumber: beritasatu.com
Advertisement
Baca juga:
Komentar