Home
Berita Jatim
Berita NU
Berita Status
featured
khilafah
NU
Bahaya Mana, PKI Atau Khilafah? Ini Jawaban Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar
Bahaya Mana, PKI Atau Khilafah? Ini Jawaban Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar
KH Marzuki Mustamar, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur |
Islampers.com - Jatim
Dakwah Nahdlatul Ulama (NU) sejak dulu adalah tidak pilih-pilih orang, sehingga siapapun akan didakwahi dan diajak oleh para kiai-kiai NU menuju ke jalan yang benar.
Bahkan sejak meletusnya pemberontakan PKI di Indonesia pada tahun 1948 hingga 1965, dan di era orde baru NU kurang diajak di pemerintah sehingga lebih banyak di luar pemerintahan. Namun dengan kondisi itu justru Alhamduillah karena NU lebih banyak membimbing warga masyarakat termasuk yang eks-PKI.
“Di kampung saya, Malang, saya masuk tahun 1994, kita jumatan hanya sekitar 20 orang karena banyak sekali warga disana yang dalam KTP-nya masih wajib lapor. Namun pantangan bagi kami untuk menyakiti atau menyinggung mereka,” ujar Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Jumat (4/9/2019).
Langkah yang dilakukan kiai-kiai NU di sana justru dengan sabar dan pelan-pelan berusaha menghapus memori nggak enak itu karena khawatir akan menimbulkan perpecahan lagi sehingga mereka juga diajak ikut tahlilan, kendurenan dan anak-anak mereka digratiskan masuk pondok pesantren.
“Hari ini hampir semuanya sudah melaksanakan sholat. Jadi bagi kami menyelesaikan kasus eks-PKI itu mending dengan pembinaan daripada menvonis sana-sini dan merasa paling Islam, paling iman sementara yang lain dituduh PKI,” tegas pengasuh Ponpes Sabilurrosyad Malang.
Lebih baik, kata kiai Marzuki yang muslim tapi belum sholat diajak sholat, yang kufur diajak iman. “Kuncinya, dekati, sayangi, rangkul, jangan disakiti hatinya. Kalau mereka punya problem dibantu mencari solusi tentang problem yang mereka hadapi.
“Kalau sudah seneng hatinya, ikut Islam alhamdulillah dan kalau tidak, paling tidak mereka tidak membenci islam, gitu saja,” bebernya.
Ia mengakui beberapa waktu lalu sempat didatangi satu keluarga pendeta dan anaknya kuliah di kedokteran sama di Unmuh, masuk Islam semua. Selain itu beberapa hari lalu juga ada 40 pastor dari Santo Yosef datang ke Pondok mengikuti live-in.
“Kami persilahkan. Pertimbagannya adalah kemanusiaan dan keutuhan negara. Apapun agama dan sukunya ayo bareng-bareng menjaga keutuhan negara. Perkara setelah di pondok mereka dapat hidayah itu urusan mereka dengan Allah. Perkara mereka tetap non muslim itu hak mereka, yang penting rukun itu jauh lebih baik daripada kita bertengkar,” tegas ketua PWNU Jatim.
Ditambahkan, sikap NU dalam menghadapi eks-PKI adalah meniru RasulULlah kepada orang-orang kafir yang pernah memerangi Nabi dalam perang Uhud, hingga pada peristiwa “Fathul Makkah” orang-orang itu tidak disakiti dan mengungkit masa lalunya.
“Ayo kita tetap bersama, masalah ada yang mau masuk Islam atau tetap kafir itu hak mereka. Namun dalam pemerintahan yang dipimpin Nabi Muhammad itu diharapkan mereka tetap bersama,” jelas KH Marzuki Mustamar.
Sementara menyangkut adanya gerakan khilafah di Indonesia, apakah sama bahayanya dengan PKI dulu? Dengan lugas KH Marzuki menyatakan bahwa itu ibarat “maling teriak maling”.
“Artinya sesuatu yang sebetulnya tidak punya kekuatan dituduh-tuduh akan membahayakan negara tapi yang teriak-teriak itu kelompok yang justru malah membahayakan negara,” dalihnya.
Kendati demikian pihaknya tidak berani mengatakan kalau PKI sudah tidak memiliki kekuatan. Yang penting bagi NU adalah siapapun yang belum sholat diajak sholat atau yang belum mau NKRI diajak NKRI, kalau mau ya Alhamdulillah.
“Bagi kami orang non muslim, asal tidak memusuhi Islam tidak membahayakan Islam. Dan agamanya apapun, kalau dia menentang negara itu membahayakan masa depan negara,” tegas kiai Marzuki Mustamar.
Begitu juga ketika NU menentang mereka bukan kami memusuhi sesama muslim dan berpecah-belah. “Tapi sebagai anak bangsa, apapun suku dan agamanya harus menentang kelompok manapun yang menentang kekuatan negara, ngak peduli mereka orang beragama atau tidak. Konteksnya kami itu,” pungkasnya.
Berbeda dengan Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPK), H Nur Hadi ST. Ditanya soal siapa yang paling berbahaya bagi masa depan negara? PKI atau Khilafah? Cak Nur, panggilan akrab H Nur Hadi ST, justru lebih mengkhawatirkan PKI dibanding khilafah. Mengapa?
“Gimana? Kader-kader PKI sudah banyak yang menduduki posisi penting di Senayan. Bahkan tidak sedikit yang berada di posisi strategis. Dan ingat! Diam-diam, mereka mendapat dukungan sejumlah oknum penguasa. Sementara orang-orang yang getol mengusung khilafah, hanya ‘resek’ di jalan, mereka terus dikejar-kejar. Jadi, jauh panggang dari api. Karenanya, PKI lebih prioritas untuk dicermati,” jelasnya.
Menurut Cak Nur, khilafah itu ilusi. Isu yang sengaja dibuat untuk menakut-nakuti kita. “Logikanya di mana? Kalau mereka mau ganti Pancasila dengan khilafah, maka, mereka harus menguasai kursi di DPR RI, ini kalau mau konstitusional. Kalau tidak? Apa mau digebuk TNI?” jelasnya.
Duta.co
Advertisement
Baca juga:
Komentar