Santri Sebagai Kontribusi Peradaban Dunia

Foto goggle

Islampers.com - Jakarta
Oleh : Tiyar firdaus

Pertumpahan darah silir mengalir menggenang di setiap sudut kota. Jutaan nyawa melayang hanya demi menghirup udara merdeka. Berabad-abad lamanya perjuangan dari masa kemasa terus di gelorakan para Santri dan Ulama.

Hingga pada puncaknya 17 Agustus 1945 sang Bapak Proklamasi mengumumkan kemerdekaan bangsanya. Dengan kapasitas 30.000 ke-Pulau-an, 230Juta jiwa penduduk, 300 suku, 200 bahasa serta beragam agama dan budaya, menjadi sebuah satu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hari Santri sebuah moment penting dalam menghayati masa penjajahan dalam perjuangan pemuda bangsa.  Dengan gagahnya mereka mengaungkan jiwa mudanya jihad melawan kolonial Belanda.

Sebagian mereka memilih safar ke Tanah Haram Mekkah untuk menggulati keilmuan, dari sinilah cikal bakal kemerdekaan bangsa. Syekh Ahmad khotib As-sambasi (pendiri Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah)
Syekh Nawawi al-Bantani (Mushonnif Tafsir Al-Munir). Syekh Kholil bangkalan (sang Maha Guru Ulama Nusantara). Syekh Yassin bin Isa al-Fadani (Sang Musnid), Syekh Mahfud at-Tarmasi (Mushonnif Hasyiah at-Tarmasi, orang yang pertama kali mengumpulkan kitab-kitab Syarah dan Hasyiah Minhaj At-Tholibin (Fiqh syafiiyah pegangannya para Mufti) dalam satu kitab yang beliau namakan "Hasyiah At-Tarmasi"). Syekh Ahmad jampes (Mushonnif Siraj At-Tholibin Syarh Minhaj Al-Abidin karya Imam Al-Ghozali) dan masih banyak ulama Nusantara lainya. Sejarah mencatat mereka mewarnai Keilmuan islam dan keilmuanya menyeber keseluruh pelosok dunia, hingga hari ini di pakai di berbagai Universitas.

Setelah pulang dari Tanah Haram Mekkah, Syekh Hasyim Al-Asy'ari mengomandoi Nahdhatul Ulama, Syekh Ahmad Dahlan mengomandoi Muhammadiyyah serta para Ulama, Santri dan Umara dengan dukungan seluruh warga negara Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 sebab perjuangan mereka dan Rahmat Allah. Akhirnya, Bung Karno menyatakan tanah airnya Indonesia "MERDEKA".

Hari Ini kita adalah penerus perjuangan mereka. Kewajiban kita untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI serta mengembangkan kearah yang lebih baik.

Dan segenap generasi muda bangsa hari ini, perjuangan jihadnya bukan menyuarakan kerusakan apalagi menghina pemimpin negara. Namun jihad pemuda terletak pada Ilmu dan Taqwa. Haus akan keilmuan itu adalah sarapanya dan Taqwa adalah minumanya untuk Indonesia yang akan datang.
Rasulullah Saw bersabda :
 "Hidupnya jiwa pemuda adalah dengan Ilmu dan Taqwa"
Wa'Allahu 'alam

Semoga bermanfaat....

Rubath dan Univ Imam As-Syafi'i Hadhramaut, Jumat 24 Oktober 2019.
Advertisement

Tidak ada komentar

Silahakan berkomentar sesuai artikel