Uniknya NU, Gegeran “Konflik” Berubah Menjadi GeR-GeRan “Damai”
KH Ma'ruf Amin saat di wawancara |
Oleh | Fawaid Abdullah
Al Khadim Pesantren Roudlotut Tholibin "Pondok AULA" Kombangan Bangkalan Madura
Hamdan wa Salaman wa Ba'du.
NU itu memang unik, nyentrik dan penuh uswah hasanah. Salah satu 'ibroh yang harus diambil jadi panutan bagi ummat Islam Indonesia adalah tentang bagaimana cara menyelesaikan ikhtilaf "perbedaan" bahkan konflik sekalipun.
Andai para pemimpin negeri ini bisa belajar dari cara penyelesaian "konflik" ditubuh NU, diadopsi dalam menyelesaikan sengketa atau perbedaan dalam masalah2 kebangsaan, keindonesiaan, kepemimpinan di Negeri ini. Saya berkeyakinan, semua akan happy ending. Indah pada pada waktunya.
Coba kita lihat sekilas saja. Mari kita lihat puluhan tahun silam. Bagaimana ketika Mbah Wahab (KH. Wahab Hasbullah) Tambakberas Jombang berbeda "pandangan" dengan Mbah Bisri (KH. Bisri Syansuri) Denanyar. Bahkan Hadlrotussyaikh Mbah Hasyim juga pernah berbeda pandangan dalam satu masalah dengan Syaikh Yasin Pasuruan, perdebatan seru ini di tulis secara khusus dalam sebuah Kitab beliau, Kitab Ziyadah Ta'liqat 'ala Mandhumah Syaikh Abdullah bin Yasin Pasuruan.
Perbedaan sengit dalam masalah Hukum antara Gus Dur dengan Kyai-kyai tentang berbagai persoalan seperti Ucapan Salam diganti Selamat Pagi, masalah mengucapkan Selamat Natal dsb..dsb. Mbah Yai As'ad (KH. As'ad Syamsul Arifin) Situbondo pernah mufaroqah "pisah" karena masalah azas tunggal Pancasila.
Konflik pra dan pasca Muktamar Cipasung, Abu Hasan cs. Cengkraman rezim Orde Baru yang luar biasa kuat dan bagaimana Gus Dur berusaha disingkirkan dengan berbagai cara.
Hampir semua konflik "perbedaan" yang pernah terjadi di tubuh NU, bahkan perbedaan-perbedaan yang ada antar Kyai-kyai Pesantren dengan mudah teratasi dan bahkan selesai, tuntas secara alamiah tanpa memakai teori2 dan strategi yang njlimet serta ruwet.
Cukup dengan cara undangan menghadiri mantenan, lewat kenduri, tahlilan, yasinan, dll. Masalah2 ketegangan antar individu Kyai-kyai itu, hampir semua bahkan setau saya, tidak ada satupun yang tidak selesai. Semua selesai dengan happy ending.
Saya tidak terlalu kaget, ketika kemarin kita saksikan, momentum penting ketika Kyai Ma'ruf Amin rangkulan (sambil tertawa-tawa ngakak) dengan Prof. Mahfudz MD. Kedua sosok ini sebelum ditetapkan nya Cawapres sempat menegang, bahkan sempat "perang" opini terbuka. Langsung atau tidak langsung.
Ehh malah berakhir dengan ngakak bareng, ketawa bareng, rangkulan bareng tanpa ada beban dibuat-buat sedikit-pun. Mengalir secara alamiah. Saya lihat gestur dari keduanya sama-sama ikhlas dan tidak pake gaya jaim-jaim-an sebagaimana kebanyakan Pemimpin yang lain diluar NU.
Sudah lama saya mengharapkan ada penyelesaian model NU seperti pertemuan di Ciganjur beberapa hari kemarin, kali ini antar Kyai Ma'ruf dan Prof. Mahfudz MD bisa segera berlangsung. Bahkan 1 hari setelah kegagalan Prof. Mahfudz MD gagal menjadi Cawapres Jokowi (karena politik bypass). Saat itu saya menulis, sebaiknya segera mungkin para pemimpin NU khususnya di struktural. Segera melakukan inisiasi "penyelesaian" ala NU. Ini penting, supaya tidak berlarut-larut dijadikan komoditas oleh kelompok2 yang anti NU. Tidak jadi bahan gorengan sedap oleh mereka yang memang senang negeri ini ribut dan (kalau perlu) mereka terjadi perang seperti di negara2 timur tengah itu.
Ternyata, malah pertemuan Ciganjur lewat "peran" Ning Yenni Wahid putri Gus Dur, baru bisa "selesai" dan InsyaAllah tuntas "konflik" yang pernah mencuat beberapa waktu belakangan ini.
Saya tidak terlalu heran, karena inilah gaya ishlah ala NU. Bukan kali ini saja model2 penyelesaian konflik yang mendera NU bisa dengan mudah teratasi.
Dari GEGERAN "konflik" berubah menjadi GER-ger-an "ishlah/damai dan selesai dengan tertawa bareng/ngakak ala NU".
NU itu memang selalu unik dan nyentrik dalam menyelesaikan persoalan dan perbedaan bahkan konflik sekalipun. Tradisi model dan cara penyelesaian ala NU ini mestinya terus di lembagakan menjadi solusi kreatif negeri ini ketika terjadi kebuntuan konflik sosial dan/bahkan konflik politik sekalipun.
Misalnya, masalah yang lain yang sampai saat ini masih belum klier, belum sepenuhnya tuntas. Masalah "konflik" Politik Cak Imin dengan keluarga Allahyarham Gus Dur. Saya menunggu, bagaimana Cak Imin (Muhaimin Iskandar), ketua umum PKB bisa mengikuti jejak para Kyai-kyai NU seperti yang saya tulis diatas, dalam menyelesaikan "konflik" nya dengan Ciganjur. Demi NU dan Nahdliyyin. Kalau yang lain bisa, kenapa Cak Imin tidak bisa ???.
Kombangan, 28 September 2018
Wallahu A'lam,
Salaam
Kak Lora
Advertisement
Baca juga:
Komentar