Home
Pesantren Sebagai Benteng terakhir bagi Agama dan Bangsa
Pesantren Sebagai Benteng terakhir bagi Agama dan Bangsa
Islampers.com - Jakarta
Sungai kesucian harus terus mengalir, mengaliri kehidupan manusia sebagai oase di tengah lika-liku keberagaman. Rasulullah mengalirkan ajaran Islam kepada umatnya lewat belajar mengajar yang berada di pojok masjid Nabawi, atau kita kenal dengan Ahlu shuffah.
Dari Madinah, Mekkah, Irak, bahkan luar Jazirah Arab berdatangan untuk belajar kepada Ralulullah. Sebagian ada yang menetap lama di mesjid seperti sahabat Abu Hurairah, namun sebagian lagi hanya beberapa pekan. Dari sinilah mereka menyebar ke Afrika, Asia dan kawasan lainya lewat perdagangan, dan mengajarkan islam ke setiap penduduk lokal.
Para ulama sebagai pewaris Rasulullah mengembangkan dakwahnya dan lembaga pendidikan sebagai sarana tranformasi ajaran islam ke dalam benak umat manusia. Di Indonesia, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Ulama terkemuka yang pertama kali menggagas Pondok Pesantren di tanah air sebagai wadah mencetak generasi umat islam yang mempunyai integritas tinggi dan berpegang teguh terhadap prinsip ajaran islam. Dari sini kita ketahui bahwa pesantren bukanlah warisan budaya Hindu-Budha, tetapi murni langsung dari pondasi yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw, masalahnya hanya berbeda dalam perkembangan waktu dan tempat.
Prinsip ajaran agama Islam tidak bisa mengakar di dalam jiwa umat manusia, terkecuali dengan jalan Tarbiyyah di bawah bimbingan sang Murabbi. Di Pondok Pesantren, seorang murid mendapat bimbingan langsung dari para Kyai. mengajarkan kepada mereka ajaran agama Islam, di mulai dari tahap awal hingga mendalami, serta pengaplikasian ajaran Islam secara langsung dalam kehidupan.
Di dalam pendidikan pesantren : para santri di didik mengatur waktu mulai dari sepertiga akhir malam hingga sepertiga awal malam, di penuhi dengan kesibukan belajar dan ibadah.
Nilai falsafah : mengajarkan kepada mereka arti meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat baginya, dan menutup lorong-lorong yang mengantarkanya ke dalam jurang kemaksiatan, seperti larangan keluar dari lingkungan pondok dan bermain Hp, kecuali pada waktu dan udzur tertentu. Dengan tujuan menerapkan Sabda Rasulullah secara baik di dalam jiwa para santri dalam mengatur waktu :
"من حسن إسلام المرئ تركه ما لا يعنيه" رواه الترمذي
"Termasuk ciri sejatinya seorang muslim adalah meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat baginya"
Di dalam pendidikan pesantren : para santri di ajarkan akan pentingnya menjaga kebersihan, kesehatan dan pola hidup, serta anjuran Khidmah. Sehingga jika mereka tidak peduli akan kebersihan, maka akan ada teguran ataupun hukuman.
Nilai falsafah : Bahwa islam mengajarkan segala aspek kehidupan. Bahkan, hal mengenai kebersihan dan kesehatanya. Khidmah mengajarkan arti dari sebuah keikhlasan dalam perjuangan, kerendahaan hati, ketekunan, kesabaran, dan bersegara dalam beramal. Sehingga lahirlah pribadi yang penyabar, Ridho terhadap takdir Allah, Tawadhu kepada para hamba-Nya dan akhlaq mulia lainya. inilah yang di butuhkan oleh setiap orang dalam mengarungi kehidupan di Dar al-Ibtila Wal al-Imtihan ini. Allah Swt berfirman :
"ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين" البقرة : ١٥٥
"Kami akan menguji kalian dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, saudara, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira (wahai Muhammad) kepada orang-orang yang sabar" QS. al-Baqarah : 155
Di dalam pendidikan pesantren : para santri di ajarkan bagaimana pentingnya saling menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, mengajarkan betapa pentingnya Amr Ma'ruf dan Nahi Munkar sebagai salah satu kepedulian sesama saudara. Sebagai contoh : ketika salah satu di antara mereka ada yang melanggar peraturan, seperti menyembunyikan Hp didalam kamar. Maka, hukumanya jatuh untuk seluruh santri, meski yang melakukan pelanggaran cuma satu orang.
Nilai falsafah : peraturan ini mengajarkan akan pentingnya Amr Ma'ruf Nahi Munkar dalam kehidupan, ketika ada yang melihat salah satu diantara mereka berbuat keburukan, maka cegahlah berbuat keburukan dan ajaklah berbuat kebaikan, bukanya malah diam seribu bahasa tak peduli dengan saudaranya, padahal ia menyaksikanya. Inilah nilai tarbiyyah pengaplikasian sabda Rasulullah tentang Amr ma'ruf Nahi munkar :
"من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه فهو أضعف الإيمان" رواه المسلم
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan kekuasaannya. jika tak mampu, maka dengan lisannya. jika tak mampu juga, maka dengan hatinya. itulah selemah-lemahnya iman" HR Imam Muslim
Dengan jalan tarbiyyah yang ada di pesantren inilah, para Kyai berharap agar mereka bisa seperti bangunan yang saling mengokohkan satu sama lain, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
"المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا" رواه البخاري
"Sesama umat islam haruslah seperti bangunan, satu sama lain saling mengokohkan" HR. Imam Bukhori
Dan besar harapan agar mereka menjadi golongan orang-orang yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda :
لا تزال طائفة من أمتي قوامة على أمر الله لا يضرها من خالفها رواه ابن ماجه
"Masih akan tetap ada golongan dari umatku yang berpegang teguh terhadap Agama Allah, tidak ada yang dapat menggoyahkan keteguhan agama mereka" HR. Ibnu Majah
Pendidikan pondok pesantren tak lain berperan sebagai wasilah mengantarkan prinsip ajaran Islam dari Al-Qur'an dan Sunnah, sehingga tertancap kuat di benak generasi umat Islam. Dan sebagai sentra kaderisasi dai' progresif serta penerus perjuangan Rasulullah Saw.
Sehingga sehabis lulus dari pesantren, mereka mampu menjadi tokoh panutan umat Islam, memberikan pemahaman yang baik tentang agama Islam kepada umat, serta membawa kemajuan peradaban Islam.
Dan terbukti dalam panggung sejarah, para ulama dan santri merupakan golongan yang sangat mempengaruhi dalam pergerakan melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan tanah air Indonesia 17 Agustus 1945.
WaAllahu 'alam.
Semoga bermanfaat......
Oleh : Tiyar Firdaus
Advertisement
Baca juga:
Komentar